STP (Segmenting, Targeting, dan Positioning)
Konsep Inti STP (Segmenting, Targeting dan Positioning)
1. Konsep Inti STP
Strategi Pemasaran yang terdiri dari Segmenting, Targeting dan Positioning merupakan 3 rangkaian proses yang harus dilalui pada penetapan strategi bisnis. Hal ini berlaku untuk berbagai jenis produk baik barang maupun jasa, juga cara pemasarannya baik offline maupun online. Definisi serta uraian STP sendiri terlalu “kompeks” jika dijabarkan selengkapnya. Sedangkan pada penerapannya “implementasi” dari strategi pemasaran ini sebenarnya cukup sederhana. Hal ini menyangkut perencanaan, tindakan dan pengaplikasian pemasaran dari produk yang akan anda pasarkan dengan terlebih dahulu menganalisis keadaan umum perusahaan baik internal maupun eksternal. Setiap Perusahaan Baik Usaha Individu Maupun Organisasi Memiliki Keterbatasan. Sangat Tidak Memungkinkan Mengambil Keseluruhan Target Pasar. Jika Target Pasar Ditentukan, Melalui Proses STP, Maka Dapat Dikatakan Efektif Dalam Hasil Serta Efisien Dalam Tindakan.
A. Pengertian Strategi dan Pemasaran
Strategi bisnis sangat erat kaitannya dengan pemasaran, karena bagaimanapun semua kegiatan perusahaan pastinya bermuara pada pemasarannya. Sebelum melakukan perumusan strategi pemasaran ada baiknya menjabarkan apa yang dimaksud strategi dan pemasaran itu sendiri.
Pengertian Strategi
Menurut pengertiannya strategi adalah proses menyeluruh dari mulai perencanaan hingga gambaran aktivitas serta pelaksanaannya pada kurun waktu tertentu. Strategi dikatakan baik jika terbukti mampu mencapai tujuan (sasaran) dengan tepat, efektif serta efisien dalam prosesnya, dan hal ini sudah tergambar pada proses perencanaannya. Strategi Berbeda Dengan Taktik. Jika Taktik Bersifat Jangka Pendek, Maka Pemasaran Bersifat Jangka Panjang Meskipun Waktu Pencapaian Keduanya Sudah Ditentukan. Taktik Merupakan Bagian Dari Strategi, Sehingga Misalnya Pada Pertandingan Sepakbola Taktik Digunakan Untuk Memenangkan Suatu Pertandingan, Sedangkan Strategi Digunakan Untuk Menjadi Juara Pada Musim Kompetisi Tertentu.
Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh pengusaha dalam upaya mengembangkan perusahan dan untuk mendapatkan laba sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian pemasaran sangat luas karena meliputi semua tahap aktivitas dunia usaha dalam memenuhi kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa dengan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak. Klik disini untuk mengenal lebih jauh mengenai pemasaran. Pemasaran yang baik selalu menitik beratkan kepada kepuasan pelanggan. Kepuasan kemudian akan menimbulkan loyalitas yang pada akhirnya mendatangkan keuntungan jangka panjang secara konsisten.
B. Proses Segmenting
Perumusan strategi pemasaran merupakan tahap yang paling awal. Segmenting adalah proses dimana anda sebagai seorang pemasar mengkategorikan, mengklasifikasikan, menggolong-golongkan semua target potensial produk yang akan dipasarkan. Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi bagian-bagian berdasarkan pembeli dan kebutuhan, karakteristik atau perilakunya, dsb.
Peranan Penting Segmentasi Pasar
Berdasarkan pengertian proses segmentasi pasar maka dapat disimpulkan bahwa proses ini memiliki peran penting dalam sebuah bisnis perusahaan karena beberapa alasan, diantaranya :
Segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan membagi pasar menjadi segmen-segmen akan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani dan dijadikan target. Selain itu segmentasi memungkin perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peta kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan.
Segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi. Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan acuan dalam penentuan tahap selanjutnya (positioning).
Segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.
Pola Segmentasi Pasar
Untuk mengidentifikasai preferensi (yang layak dijadikan pilihan), anda bisa menganalisis 3 pola segmentasi pasar. Dijelaskan sebagai berikut :
Homogeneus preference (preferensi homogen) => Homogeneus preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang sama terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Diffused preference (preferensi yang menyebar) => Diffused preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang beragam terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan
Clustered preference (preferensi yang mengelompok) => Clustered preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang berkelompok-kelompok. Dimana konsumen yang berada dalam satu kelompok memiliki kesamaan preferensi.
Beberapa Dasar Segmentasi Pasar
Hal ini sangat tergantung dari jenis produk dan jasa yang anda (perusahaan) produksi untuk ditawarkan. Satu contoh segmentasi bisa anda pilih, jika perlu bisa anda kombinasikan.
a. Segmentasi Geografik
Segmentasi geografik adalah membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografik (lokasi) seperti negara, regional, negara bagian, kota atau komplek perumahan. Sebuah perusahaan mungkin memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau beberapa wilayah geografik, atau bisa juga beroperasi disemua wilayah tetapi lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan keinginan yangpasar didaerah tertentu tsb. Banyak perusahaan dewasa ini “meregionalkan” progam pemasaran mereka, melokalkan produk, iklan, promosi, dan usaha penjualan agar sesuai dengan kebutuhan masing – masing wilayah.Dalam Pemasaran Internet, Google Memfasilitasi Keadaan Ini Dengan Algoritma Google Pigeon Tujuannya Agar Bisnis Lokal Berkembang, Dimana Produk Dipasarkan Maka Hasil Pencarian Dengan Lokasi Terdekat Akan Diprioritaskan Untuk Dimunculkan.
b. Segmentasi Demografik
Segmetasi demografik adalah suatu proses yang membagi pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan,pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, agama, ras dan kebangsaan. Variabel demografis merupakan dasar yang paling populer untuk menentukan kelompok pelanggan sebagai target pasar. Keinginan (kebutuhan), serta tingkat pemakaian “konsumsi) seringkali erat kaitannya dengan variabel demografis. Selain itu variabel demografis lebih mudah diukur dari pada kebanyakan variabel lain. Bahkan jika segmen pasar ditetapkan dengan dasar segmentasi lainnya (non demografis ) karakteristik demografis tetap harus diketahui untuk menaksir besarnya pasar sasaran dalam usaha memenuhi kebutuhan mereka secara efisien.
c. Segmentasi Psikografis
Dalam segmentasi psikografis maka pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.
Kelas sosial => Karakteristik yang berbeda dan keinginan orang-orang dalam kelas yang berbeda untuk membuat sebuah kelas sosial berbasiskan segmentasi pasar seperti untuk minuman, perabotan, layanan keuangan, mobil, pakaian, hotel, aktivitas hiburan, dll. Misalnya salon kecantikan mewah dengan harga yang fantastis, sedangkan lainnya adalah salon kecantikan dengan harga terjangkau disertai banyak diskon.
Gaya hidup => Menggambarkan bagaimana cara seseorang (target pasar) menjalani hidupnya. Lanjutan penjelasannya adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Misalnya anda tidak mungkin memasarkan jilbab ke komunitas gadis remaja yang senang ke diskotik.
Kepribadian => Kepribadian calon pelanggan sangat diperhatikan. Dalam hal ini anda sebagai seorang pemasar mencoba lebih menggambarkan bahwa “brand” produk anda sesuai (memang dikhususkan) dengan kepribadian target pasar sebagai pembeli. Misalnya memasarkan pakaian super casual bagi individu yang memiliki kepribadian santai.
c. Syarat Segmentasi Yang Efektif
Dalam melakukan segmentasi perusahaan perlu memperhatikan efektifitas segmentasi tersebut karena menyangkut ketepatan langkah rumusan strategi selanjutnya (targeting dan positioning). Syarat segmentasi yang efektif diantaranya :
Measurable (terukur) => segmen pasar harus dapat membantu perusahaan dalam mengukur potensi pasar, daya beli konsumen serta ukuran alokasi sumberdaya.
Substansial (banyak) => segmen tersebut harus besar dan profitable untuk dilayani.
Accessible (dapat diakses) => segmen tersebut harus mudah dijangkau untuk dilayani.
Differentiable (dapat dibedakan) => segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.
Actionable (dapat dilayani) => segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Proses Segmentasi Pasar Adalah Dasar Sekaligus Merupakan Hal Yang Terpenting Dalam Strategi Pemasaran, Karena Baik Atau Tidaknya Langkah Selanjutnya Ditentukan Pada Tahap Ini.
C. Proses Targeting
Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasar, selanjutnya adalah mengevaluasi beragam segmen tersebut untuk memutuskan segmen mana yang menjadi target market. Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda perusahaan harus melihat dua faktor yaitu daya tarik pasar secara keseluruhan serta tujuan dan resource perusahaan. Perusahaan harus melihat apakah suatu segmen potensial memiliki karakteristik yang secara umum menarik seperti ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, skala ekonomi, resiko yang rendah dan lain-lain. Perusahan juga perlu mempertimbangkan apakah berinvestasi dalam segmen tersebut masuk akal dengan mempertimbangkan tujuan dan sumber daya perusahaan. Pengertian dari targeting itu sendiri merupakan sebuah sasaran, siapa yang dituju. Dalam menentukan targeting maka dilakukan beberapa survey untuk dapat mengetahui keadaan pasar nantinya, agar ketika proses pemasaran tidak salah sasaran.
a. Dalam Menentukan Target Pasar
Setidaknya ada 3 kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen pasar mana yang akan dijadikan target.
Perusahaan harus memastikan bahwa segmen pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan dapat saja memilih segmen yang kecil pada saat sekarang namun segmen itu mempunyai prospek menguntungkan dimasa datang. Sehubungan dengan hal ini perusahaan harus melihat lebih dalam terhadap kompetisi yang ada di sektor tersebut serta potensinya untuk tumbuh karena akan berkaitan juga dengan ukuran dan pertumbuhan target segmen perusahaan.
Strategi targeting harus didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang dipilih, sehingga memberikan value bagi konsumen. Untuk menghasilkan value yang unggul tidak cukup hanya memiliki sumber daya yang memadai tetapi harus didukung dengan kapabilitas, kompetensi inti, dan keunggulan kompetitif dalam melaksanakan diferensiasi yang ditujukan untuk memenangkan kompetisi tersebut. Perusahaan juga harus menganalisis dari dekat apakah segmen pasar yang dipilih telah sejalan dan mendukung tujuan jangka panjang perusahaan?
Segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya. Perusahaan harus mempertimbangkan situasi persaingan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik targeting perusahaan tsb. Beberapa faktor yang dipertimbangkan disini antara lain intensitas persaingan segmen, potensi masuknya pemain baru, hambatan masuk industri, keberadaan produk-produk pengganti substitusi, kehadiran produk-produk komplementer serta pertumbuhan kekuatan tawar menawar pembeli maupun pemasok.
b. Pola Membidik Target Pasar
Dalam menetapkan (membidik) target market anda / perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola targeting yang bisa dijadikan dasar pemilihan, dijelaskan sebagai Berikut :
Single Segment Concentration
Single Segment Concentration maksudnya adalah perusahaan dapat memilih satu segmen saja. Perusahaan lebih bisa mencapai posisi yang kuat disatu segmen, dengan pengetahuan yang baik terhadap kebutuhan segmen tertentu sehingga memungkinkan perolehan keuntungan yang maksiml. Kekurangan konsentrasi di satu segmen mempunyai potensi resiko yang cukup besar, sehingga alasan inilah yang mendasari perusahaan untuk memilih lebih dari satu segmen.
Selective Specialization
Selective Specialization maksudnya adalah perusahaan menyeleksi beberapa segmen. Segmen yang dipilih mungkin tidak saling berhubungan atau membentuk sinergi, tetapi setiap segmen yang dipilih menjanjikan pendapatan. Strategi ini lebih dipilih oleh perusahaan untuk menghindari kerugian, misalnya salah satu segmen tidak produktif, perusahaan tetap memperoleh pendapatan dari segmen yang lain.
Product Specialization
Product Specialization maksudnya perusahaan berkonsentrasi membuat produk khusus atau tertentu. Melalui cara ini, perusahaan membangun reputasi yang kuat di produk yang spesifik. Namun resikonya tetap ada, yaitu apabila terjadi kekurangan bahan untuk pembuatan produknya atau keterlambatan melakukan perubahan teknologi.
Market Specialization
Market Specialization maksudnya adalah perusahaan berkonsentrasi melayani berbagai kebutuhan dalam kelompok tertentu. Perusahaan memperoleh reputasi yang kuat dan menjadi channel untuk semua produk baru yang dibutuhkan serta dipergunakan oleh kelompok tersebut. Resiko akan kerugian akan timbul apabila kelompok tadi mengurangi pembelian atau kebutuhannya.
Full Market Coverage
Full Market Coverage maksudnya adalah perusahaan berusaha melayani semua kelompok dengan produk yang dibutuhkan. Namun, hanya perusahaan besar yang memungkinkan melakukannya. Untuk menciptakan kepuasan konsumen, anda sebagai pemasar dapat melakukan diferensiasi yang menghasilkan lebih banyak penjualan daripada tidak melakukan diferensiasi sama sekali. Kekurangannya, diferensiasi dapat meningkatkan biaya perusahaan. Secara umum, hal ini tetap akan bermanfaat khususnya apabila dikaitkan dengan” strategy profitability” strategi meraih keuntungan, meskipun demikian perusahaan sebaiknya tidak gegabah agar tidak terjadi “over segmenting” segmentasi berlebihan. Contoh biaya yang diperkirakan dan dipertimbangkan adalah biaya modifikasi produk, biaya produksi, biaya administrasi, biaya gudang dan inventori, dan tentu saja biaya promosi.
D Proses Positioning
Positioning adalah bagaimana anda / perusahaan menempatkan posisi di mata pelanggan jika dibandingkan pesaing. Dalam hal ini termasuk brand image, manfaat yang dijanjikan serta competitive advantage sehingga menjadi alasan bagi konsumen memilih produk anda (tidak produk pesaing). Secara umum anda bisa menetapkan ingin seperti apa posisi perusahaan pada persaingan yang ketat.
Market Leader => Sebuah perusahaan yang memposisikan diri sebagai market leader cenderung menguasai pasar. Hal ini disebabkan faktor keadaan internal perusahaan memang sudah sangat kuat, misal permodalan, image positif dimata pembeli yang sudah lama terbentuk, modernisasi produk hingga riset dan pengembangan produk yang selalu berhasil dan terdepan jika dibandingkan pesaing. Contoh : Indomie.
Challenger => Perusahaan yang memposisikan diri sebagai penantang adalah selalu berusaha mengambil alih posisi “market leader” melalui pengembangan produknya, promosi yang gencar hingga penetapan harga yang jauh lebih rendah dengan kualitas mendekati. Perusahaan yang memposisikan diri sebagai challenger umumnya mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan pemimpin pasar (market leader), akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan seperti misalnya kedewasaan (perusahaan baru). Contoh : Mie Sedap.
Follower => Perusahaan yang cenderung “cari aman” selalu mengikuti market leader, baik itu dalam penetapan harga, inovasi dan teknologi. Seperti yang sudah dikutip bahwa perusahaan yang memposisikan diri sebagai pengikut umumnya mencari aman karena memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan, namun memiliki kemampuan untuk memproduksi pemutuhan kebutuhan konsumen. Contoh : Mie ABC.
a. Cara Menentukan Positioning
Sebelum merealisasikan positioning (market leader, challenger, follower), perusahaan setidaknya harus menjadikan beberapa hal sebagai bahan kajian pertimbangan.
Kajian terhadap konsumen (cutomer). Disini positioning harus mendeskripsikan value (nilai) bagi konsumen karena positioning mendeskripsikan value yang unggul. Selain itu positiong merupakan penentu penting bagi konsumen pada saat memutuskan untuk membeli.
Kajian pada kapabilitas perusahaan (company). Disini positioning harus mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Seperti lokasi yang strategis.
Kajian pada pesaing (competitor). Disini positioning harus bersifat unik, sehingga dengan mudah dapat mendiferensiasikan diri dari para pesaing.
Kajian terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis (change). Dikatakan bahwa positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan lingkungan bisnis. Positioning Pada Hakikatnya Adalah Menanamkan Sebuah Persepsi, Identitas Dan Kepribadian Di Dalam Benak Konsumen. Untuk Itu Agar Positioning Kuat Maka Perusahaan Harus Selalu Konsisten Dan Tidak Berubah. Karena Persepsi, Identitas Dan Kepribadian Yang Terus Menerus Berubah Akan Menimbulkan Kebingungan Di Benak Konsumen Dan Pemahaman Mereka Akan Tawaran Perusahaan Akan Kehilangan Fokus. Dalam menetapkan penentuan positioning perusahaan dapat memperhatikan faktor-faktor di bawah ini sebagai basis atau landasan penentuan positioning:
Proposisi nilai dan manfaat yang dapat diberikan perusahaan
Capaian yang telah dihasilkan perusahaan
Segmen pasar dan pelanggan yang ditargetkan
Atribut yang jadi keunggulan produk dan merk perusahaan
Bisnis baru yang dimasuki
Originalitas dan posisi sebagai perusahaan atau merk baru di pasar
Dalam mengkomunikasikan positioning sebuah produk perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
Be creative => perusahaan harus kreatif untuk mencuri perhatian konsumen atau target market.
Simplicity => komunikasi yang disampaikan harus sesederhana dan sejelas mungkin
Consistent yet flexible => perusahaan harus konsisten dan melihat kondisi.
Own, dominate, protect => komunikasi perusahaan harus memiliki satu atau beberapa kata ampuh di benak pelanggan
User their language => mengkomunikasikan positioning perusahaan harus menggunakan bahasa pelanggan.
2. Pengertian Nilai Pelanggan (Customer Value)
Pengertian nilai pelanggan (customer value) adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer/pelanggan dari suatu produk atau jasa dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukannya untuk mendapatkan dan menggunakan produk itu.Definisi nilai pelanggan adalah ikatan emosional yang muncul antara pelanggan dengan produsen berupa manfaat ekonomi, fungsional dan psikologis dari konsekuensi pelanggan menggunakan produk dan jasa dalam memenuhi kebutuhan tertentu Nilai pelanggan juga diartikan sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan apa yang diberikan.
Pelanggan juga bisa diartikan sebagai total nilai yang ditawarkan pada pelanggan dikurangi total biaya yang telah dikeluarkan pelanggan. Nilai total pelanggan mencakup nilai fungsional dari produk, pelayanan, emosional, sosial dan nilai kondisional. Sedangkan biaya total mencakup harga moneter, waktu, upaya belanja, energi dan psikologi. Nilai pelanggan adalah tradeoff antara persepsi pelanggan dengan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan yang dilakukan melalui harga yang dibayarkan. Nilai pelanggan ditentukan oleh dua hal yaitu biaya (cost) dan manfaat (benefit). Biaya meliputi biaya uang, waktu, energi dan psikologi; sedangkan manfaat meliputi produk, jasa, pribadi dan image
Manfaat Nilai Pelanggan (Customer Value)
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), manfaat menciptakan nilai pelanggan diantaranya yaitu:
Menciptakan Kesetiaan dan Retensi Pelanggan
Manajemen hubungan pelanggan yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas akan tetap setia dan menceritakan hal baik mengenai perusahaan dan produknya pada orang lain. Tidak hanya menciptakan kepuasan pelanggan, tujuan manajemen hubungan pelanggan adalah untuk mendapatkan nilai seumur hidup pelanggan.
Menumbuhkan Pangsa Pasar
Manajemen hubungan pelanggan yang bagus bisa membantu pemasar pangsa pelanggan. Untuk meningkatkan pangsa pelanggan, perusahaan bisa menawarkan ragam yang lebih banyak pada pelanggan lama atau mereka bisa melatih karyawan untuk melakukan lintas penjualan dan penjualan produk lanjutan untuk memasarkan lebih banyak produk dan jasa pada pelanggan lama.
Membantu Ekuitas Pelanggan
Selain itu, tujuan akhir manajemen hubungan pelanggan adalah menghasilkan ekuitas pelanggan yang tinggi. Pengertian ekuitas pelanggan (customer equity) adalah gabungan nilai seumur hidup pelanggan dari semua pelanggan perusahaan. Ekuitas pelanggan dapat menjadi tolak ukur kinerja perusahaan yang lebih baik daripada penjualan terbaru atau pangsa pasar.
Membangun Hubungan yang Benar dengan Pelanggan yang Tepat
Perusahaan harus menata ekuitas pelanggan dengan cermat, perusahaan harus mampu menentukan pelanggan mana yang harus diraih dan dipertahankan. Perusahaan bisa mengelompokkan pelanggan menurut profitabilitas potensial mereka dan menata hubungan dengan pelanggan berdasarkan kelompoknya. Jenis pelanggan yang berbeda membutuhkan strategi manajemen yang berbeda. Tujuannya untuk membangun hubungan pelanggan yang benar dengan pelanggan yang tepat.
Dimensi Nilai Pelanggan (Customer Value)
Menurut Kotler dan Keller (2009), ada beberapa dimensi nilai pelanggan, diantaranya yaitu:
Nilai Produk (product value), yaitu evaluasi mengenai seberapa besar keuntungan yang dapat dinikmati oleh pelanggan terhadap produk yang ditawarkan oleh produsen. Perusahaan bisa memberikan keuntungan pada pelanggan melalui fitur, tingkat keandalan, ketahanan, model dan desain produk.
Nilai Pelayanan (service value), yaitu nilai yang membedakan suatu produk dengan produk pesaingnya. Nilai pelayanan bisa dilihat dari bentuk atau proses pelayanan yang diterima pelanggan, apakah pelayanannya cepat dan tepat.
Nilai Personil (personal value), yaitu ukuran kemampuan dan keahlian karyawan. Nilai personil bisa dilihat dari kemampuan berkomunikasi, kecepatan dan ketelitian, serta kesopanan dan keramahan karyawan terhadap pelanggan.
Nilai Citra (image value), yaitu nilai yang diperoleh dari persepsi pelanggan terhadap keseluruhan komponen yang menghasilkan reputasi perusahaan. Nilai citra bisa dilihat melalui produk, merek, lokasi, dan lain sebagainya.
Harga Moneter, yaitu uang yang dikeluarkan pelanggan untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk.
Biaya Waktu, yaitu besarnya waktu yang dihabiskan oleh pelanggan ketika berbelanja suatu produk. Biaya waktu dapat dilihat dari kecepatan transaksi.
Biaya Fisik, yaitu besarnya tenaga yang dihabiskan oleh pelanggan ketika berbelanja suatu produk.
Biaya Psikis, yaitu biaya berupa rasa kesal atau senang selama proses memperoleh pelayanan atau mengkonsumsi produk.
Tingkatan Nilai Pelanggan (Customer Value)
Menurut Woodruff (1997), hierarki atau tingkatan nilai pelanggan terdiri dari:
Atribut produk atau jasa (product atributes). Dasar hierarki yaitu pelanggan berfikir mengenai produk atau jasa sebagai rangkaian dari atribut dan kinerja atribut.
Konsekuensi produk dan jasa (product consequences). Konsekuensi yang diinginkan oleh pelanggan saat informan membeli dan menggunakan produk dan jasa.
Maksud dan tujuan pelanggan (customer’s goal and purposes). Maksud dan tujuan pelanggan yang dicapai melalui konsekuensi tertentu dari penggunaan produk jasa.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009), ada tiga nilai pelanggan dalam memilih produk atau jasa, diantaranya yaitu:
Nilai yang dipikirkan pelanggan (customer perceived value), yaitu selisih antara evaluasi calon pelanggan atas semua manfaat dan semua biaya tawaran tertentu dan alternatif lain yang dipikirkan.
Nilai pelanggan total (total customer value), yaitu nilai moneter yang dipikirkan atas sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional dan psikologi yang diharapkan oleh pelanggan atas tawaran pasar tertentu.
Biaya pelanggan total (total customer cost), yaitu sekumpulan biaya yang harus dikeluarkan pelanggan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang tawaran pasar tertentu termasuk biaya moneter, biaya waktu, biaya energi dan biaya psikologi.
Faktor Penentu Nilai Pelanggan (Customer Value)
Menurut Scott Robinette dan Claire Brand (2001), faktor penentu nilai pelanggan atau customer value diantaranya yaitu:
Rational Value
Rational value didasarkan pada kualitas produk dengan harga yang sesuai. Rational value dapat dilihat melalui elemen-elemen, seperti:
Product/Quality
Persepsi dari manfaat yang dirasakan pelanggan terhadap kualitas produk atau jasa, apakah sesuai dengan harapan pelanggan. Dalam hal ini diperlukan kejelian dan intelejen manajemen untuk mencari dan menangkap kebutuhan dan keinginan yang tersembunyi di hati pelanggan.
Money/Price
Masalah harga yang dirasakan oleh pelanggan dibandingkan dengan nilai yang ia nikmati. Misalnya harga beli suatu produk atau jasa, tarif dari suatu layanan. Product dan price bukan hanya merupakan syarat untuk memasuki pasar namun juga agar produk tersebut tetap bertahan di pasar. Sayangnya, apabila konsumen hanya membeli berdasarkan harga, maka ia hanya loyal terhadap harga, oleh karena itu diperlukan perusahaan perlu menumbuhkan ikatan emosional dengan pelanggan melalui emotional value.
Emotional Value
Perusahaan harus memberikan nilai emosional untuk mengubah perilaku konsumen. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan kepercayaan, kenyamanan juga pengalaman berharga yang mengesankan pada pelanggan. Nilai emosional menjadi ciri khas bagi suatu perusahaan yang sulit ditiru perusahaan lain. Nilai emosional bisa dijelaskan melalui elemen-elemen seperti:
Equity/Trust, yaitu segala sesuatu yang diterima oleh pelanggan atas dasar kepercayaan dari perusahaan, di mana perusahaan dapat memenuhi janjinya atas brand promises yang dibuatnya, sehingga konsumen merasa enfapatkan keberuntungan dan keadilan dari perusahaan.
Experience/Relationship, yaitu sekumpulan hasil interaksi antara lembaga dan konsumen pada saat sebelum, sedang, maupun setelah transaksi yang dapat memberikan pengalaman bagi konsumen atas dasar kegiatan servis yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan dapat menciptakan pengalaman pelanggan dengan menambahkan hiburan pada penawaran pelayanan atau perusahaan bisa melakukannya dengan mengubah pengalaman pelayanan menjadi pengalaman tidak terlupakan dengan menciptakan pengalaman pelayanan yang menyenangkan dan memberikan pelayanan istimewa yang tidak dilupakan pelanggan.
Energy (Convenience), ini berhubungan dengan pengorbanan konsumen sehubungan dengan daya dan tenaga yang dihabiskan dalam ukuran waktu untuk mendapatkan jasa. Ukuran waktu bisa menyangkut waktu dalam perjalanan, waktu tunggu dan waktu menikmati servis. Perusahaan provider harus mempertimbangkan segi energi dan waktu dalam pelayanan servisnya agar bisa memberikan kenyamanan bagi pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa dari perusahaan.
Sedangkan menurut Kotler (2005:68), faktor penentu customer value terdiri dari:
Product Value, yaitu evaluasi pelanggan mengenai seberapa besar keuntungan yang dapat dinikmati oleh pelanggan terhadap produk yang ditawarkan oleh produsen. Perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi pelanggan melalui fitur, performasi, konformasi, durabilitas atau masa pakai, tingkat keandalan, kemudahan dalam perbaikan, model, dan desain.
Service Value, yaitu penilaian atau value yang membedakan suatu produk dengan produk pesaingnya yang dirasakan pembeli dalam pelayanan yang menyertai pembelian suatu produk atau jasa. Service value bisa dilihat dalam bentuk proses pelayanan yang diterima pelanggan, apakah cepat, tepat, memuaskan.
Personnel Value, yaitu ukuran kemampuan, pengetahuan, dan keahlian karyawan dalam menangani pelanggan. Personnel Value bisa dilihat dari kemampuan berkomunikasi, kecepatan dan ketelitian karyawan menangani pelanggan, serta kesopanan dan keramahan dari karyawan terhadap pelanggan.
Image Value, yaitu value yang diperoleh dari persepsi terhadap keseluruhan komponen yang menghasilkan jasa atau reputasi perusahaan di mata konsumen. Citra bisa dip[erolmelalui produk, merek, gedung, lokasi, langganan, dan sebagainya.
Cost Value, yaitu biaya yang dibayar pelanggan untuk mendapatkan produk atau jasa. Cost Value ini meliputi:
Biaya moneter, yaitu uang yang dikeluarkan untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk (harga beli).
Biaya waktu, yaitu besarnya waktu yang harus dikeluarkan pelanggan untuk memperoleh suatu produk. Misalnya waktu yang dihabiskan untuk mencapai lokasi, kecepatan transaksi.
Biaya energi, yaitu biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk menggunakan produk. Misalnya ongkos perawatan, konsumsi bahan bakar.
Biaya fisik, berupa rasa kesal, tidak sabar, atau senagn selama proses memperoleh servis.
Strategi Membangun Nilai Pelanggan (Customer Value)
Nilai pelanggan dibangun dengan memahami kebutuhan pelanggan melalui promosi dan kegiatan komunikasi pemasaran serta melakukan perancangan dan pengendalian kualitas yang efektif dengan cara mengurangi biaya. Setelah memahami kebutuhan pelanggan dan melakukan perancangan serta pengendalian kualitas yang efektif selanjutnya buat kualitas yang super bagi pelanggan. Ketika kualitas produk tersebut diterima oleh pasar, maka akan terbentuk nilai pelanggan, nilai pelanggan yang tinggi akan menghasilkan keuntungan, pertumbuhan, nilai saham yang tinggi pula.
Kotler dan Keller (2009), cara membangun nilai pelanggan yaitu dengan meningkatkan manfaat produk, pelayanan, staf dan citra yang ditawarkan serta mengurangi satu jenis biaya atau lebih. Strategi yang biasa digunakan dalam membangun nilai pelanggan dikenal dengan istilah generic value strategic, yaitu:
Memberi manfaat lebih dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing (more for less).
Memberi manfaat yang lebih dengan biaya yang sama besar jika dibandingkan pesaing (more for same).
Memberi manfaat yang sama dengan pesaing dengan biaya lebih rendah (same for less).
Memberi manfaat yang lebih dan biaya yang lebih besar dibanding pesaing (more for more).
Memberi manfaat yang rendah dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing (less for less).
Menurut Hurriyati (2010), ada tiga pendekatan yang bisa dilakukan perusahaan dalam rangka menciptakan nilai pelanggan yang baik, diantaranya:
Economic Value to the Customer
Ini bisa diciptakan apabila perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas pelanggan dalam hal peningkatan penjualan, pengurangan biaya, peningkatan harga atau kebutuhan investasi yang rendah, dimana besarnya nilai EVC bergantung pada kemampuan perusahaan untuk memberikan solusi yang bisa meningkatkan performa pelanggan.
Differential Advantage
Ini bisa diciptakan apabila pelanggan memiliki persepsi bahwa produk/layanan yang ditawarkan perusahaan memiliki keunggulan yang dirasa sangat penting sehingga mereka lebih menyukai produk/layanan tersebut.
Brand Development
Ini bisa diciptakan dengan membentuk atribut, manfaat atau personifikasi yang dimiliki merek tersebut, dimana merek mempresentasikan personifikasi target pasarnya berpeluang besar dibeli dan sulit diganggu oleh pesaing.
3. Pasar Grosir, Pasar Pengecer, Pasar Eksportir
A. Pasar Grosir
Pengertian Grosir atau Wholesaler – Wholesaler atau Pedagang Grosir adalah perantara antara produsen dan pedagang ritel. Pedagang Grosir mendapatkan atau membeli produk dalam jumlah besar dengan harga yang lebih rendah dari produsen dan menjualnya ke pedagang eceren (pengecer) atau perusahaan ritel. Pengecer yang membeli barang dari Grosir tersebut akan menjual kembali ke konsumen akhir atau untuk keperluan bisnis lainnya. Dalam definisinya, Pedagang Grosir dapat juga dikatakan sebagai pedagang atau orang yang usahanya membeli barang dalam jumlah besar dan menjualnya dalam jumlah yang lebih kecil, misalnya ke pedagang toko atau e-commerce
Cara Grosir atau Wholesaler mendapatkan Keuntungan
Cara Grosir mendapatkan Keuntungan adalah dari selisih harga antara harga barang yang dibeli dari Produsen dengan harga barang yang dijual ke Pengecer. Pedagang grosir membeli produk dari produsen dengan harga lebih rendah karena mereka dapat menerima diskon untuk pembelian dalam volume atau jumlah yang besar. Pedagang Grosir ini menghasilkan uang dengan menjual produk-produk ini ke pedagang eceran atau pengecer dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang mereka bayarkan ke produsen, tetapi masih dengan harga yang lebih rendah daripada yang bisa didapat pengecer langsung dari produsen.
Contohnya, Pengecer yang membeli 100 kalkulator per bulan untuk dijual di tokonya mungkin harus membayar Rp. 100.000,- per kalkulator untuk membeli langsung dari pabriknya. Jika kalkulator dijual seharga Rp. 120.000,-, pengecer hanya menghasilkan Rp. 20.000 per kalkulator.
Namun, pedagang grosir yang membeli 50.000 kalkulator sebulan dari produsen yang sama dapat menegosiasikan harga yang lebih baik yaitu sekitar Rp. 40.000 per kalkulator. Jika pedagang grosir menjual kalkulator itu ke pengecer seharga Rp. 80.000,-, grosir yang bersangkutan akan menghasilkan Rp. 40.000,- dari kalkulator itu. Pengecer yang membeli kalkulator dari pihak grosir tersebut dan menjualnya kepada seorang konsumen dengan harga yang sama yaitu Rp. 120.000,-. Pengecer tersebut akan memperoleh keuntungan sekitar Rp. 40.000,-, lebih tinggi dari yang dia beli langsung dari pihak produsen.
Contoh diatas merupakan contoh sederhana yang pada prakteknya mungkin ada faktor-faktor lain yang ikut terlibat di dalamnya seperti penjualan, pembelian, distribusi produk dan lain sebagainya.
bisnis : Rantai pasokan produk antara pedagang grosir dan produsen dapat bervariasi tergantung pada jenis bisnis yang ingin mereka tangani. Pedangan Grosir dapat memilih untuk hanya berurusan dengan pebisnis yang mampu membeli jumlah atau volume barang dagangan tertentu atau menandatangani kontrak untuk memasok barang untuk jangka waktu tertentu.
Distribusi produk : Faktor lain adalah bagaimana produk didistribusikan. Pedagang grosir tidak hanya menjual produk yang mereka terima dari produsen ke pengecer berikutnya. Beberapa pedagang grosir memecah produk menjadi unit yang lebih kecil, yang kemudian dijual ke pengecer yang berbeda. Selain itu, pengumpulan produk atau barang juga dianggap sebagai bagian dari proses grosir
B. Pasar Pengecer
Pengecer atau penjualan eceran atau dikenal dengan istilah ritel adalah kegiatan bisnis perdagangan (penjualan barang atau jasa) yang langsung disalurkan kepada konsumen akhir untuk digunakan sebagai kebutuhan pribadi, keluarga atau keperluan rumah tangga bukan untuk dijual kembali. Pengecer merupakan perantara dalam sistem saluran pemasaran, dimana pengecer mendapatkan barang dari produsen dan atau pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada konsumen akhir.
Berikut ini beberapa pengertian pengecer, perdagangan eceren, penjualan eceran atau ritel dari beberapa sumber buku:
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:71), ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga. Sedangkan pengecer adalah pengusaha yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen, ritel perorang atau peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi, mulai dari satu gerai hingga lebih.
Menurut Tjiptono (2008:191), Pedagang eceran (retailling) merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis.
Menurut Kotler (2007:592), usaha eceran (retailing) adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis.
Menurut Gilbert (2003:6), ritel adalah semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi.
Menurut Berman dan Evan (2007:3), penjualan eceran adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, yang di dalamnya terdapat aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen.
Tujuan dan Fungsi Penjualan Eceran (Ritel)
Perdagangan eceran melakukan aktivitas pengemasan menjadi bagian yang lebih kecil, menyimpan persediaan, menyediakan jasa agar pelanggan dapat memperoleh barang dengan mudah. Tujuan penjualan eceran (ritel) antara lain adalah sebagai berikut (Weits dkk, 2007:4):
Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit yang cukup kecil sehingga memungkinkan para konsumen memenuhi kebutuhannya.
Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk (ready exchange of value).
Mengadakan transaksi dengan para konsumen-nya.
Sedangkan menurut Sudjana (2005:117), terdapat empat tujuan perdagangan eceran atau retail, yaitu sebagai berikut:
Perantara antara distributor dengan konsumen akhir.
Penghimpunan berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen.
Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen.
Penentu eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumen.
Adapun fungsi perdagangan eceran atau ritel menurut Utami (2008:8-9) adalah sebagai berikut:
Menyediakan berbagai jenis produk dan jasa. Konsumen selalu mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Untuk itu, dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.
Memecah (breaking bulk). Memecah (breaking bulk) di sini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen.
Penyimpan persediaan. Fungsi utama ritel adalah mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia saat konsumen menginginkannya.
Penyedia jasa. Dengan adanya ritel, maka konsumen akan mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan produsen.
Meningkatkan nilai produk dan jasa. Dengan adanya beberapa jenis barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan dapat ditingkatkan manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dari nilai yang diperoleh dari produk/jasa tersebut.
Jenis-jenis Penjualan Eceran (Ritel)
Pedangan eceran yang memiliki toko atau disebut pengecer toko (Store Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:216):
Toko Barang Khusus (Specialty Store). Lini produk yang sempit dengan keragaman yang dalam. Toko pakaian adalah toko lini tunggal; toko pakaian pria adalah toko lini terbatas; dan toko kemeja pesanan pria adalah toko yang sangat khusus.
Toko Serba Ada (Departement Store). Beberapa lini produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah dan barang kebutuhan keluarga dengan masing-masing lini yang ditempatkan sebagai bagian tersendiri yang dikelola pembeli khusus atau pedagang khusus.
Pasar Swalayan (Supermarket). Usaha yang relatif besar, berbiaya rendah, bermarjin rendah, bervolume tinggi, swalayan yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan untuk makanan, sarana mencuci, dan produk-produk keluarga.
Toko Kenyamanan (Convenience Store). Toko yang relatif kecil dan terletak dekat daerah pemukiman, menjual lini terbatas produk-produk kenyamanan dengan tingkat perputaran yang tinggi dan harga yang sedikit lebih tinggi.
Toko Diskon (Discount Store). Barang dagangan standar yang dijual dengan harga yang lebih murah, dengan marjin yang lebih rendah dan volume yang lebih tinggi.
Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer). Barang dagangan yang dibeli di bawah harga pedagang besar biasa dan dijual di bawah harga eceran.
Gerai Pabrik (Factory Outlet). Dimiliki dan dijalankan produsen dan biasanya menjual barang-barang yang berlebihan, tidak diproduksi lagi, atau tidak biasa.
Pengecer potongan harga independen (Independent off-price retailer). Dimiliki dan dijalankan pengusaha atau divisi perusahaan eceran yang lebih besar.
Klub gudang atau klub pedagang besar (warehouse clubs atau wholesale clubs). Menjual pilihan terbatas jenis produk kebutuhan pokok, perlengkapan rumah tangga, pakaian bermerek dan berbagai jenis barang lain dengan diskon yang sangat besar bagi anggota-anggota yang membayar iuran keanggotaan tahunan.
Toko Besar (Superstore). Ruang penjualan sekitar 35.000 kaki persegi yang ditujukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan konsumen untuk jenis produk makanan dan non-makanan yang dibeli rutin.
Toko Kombinasi (Combination stores). Toko gabungan makanan dan obat yang memiliki ruang penjualan rata-rata 55.000 kaki persegi.
Hiperpasar (Hypermarkets). Berkisar antara 80.000 hingga 220.000 kaki persegi dan menggabungkan pasar swalayan, toko diskon, dan eceran gudang.
Ruang Pameran Katalog. Pilihan yang sangat banyak barang-barang berharga tinggi, mengalami perputaran cepat, dan bermerek dengan harga diskon.
Pedagang eceran yang tidak memiliki toko atau disebut pengecer tanpa toko (Non-Store Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:538):
Penjualan langsung (Direct Selling). Penjualan langsung disini tidak termasuk penjualan dari bisnis ke bisnis. Kegiatan ini dimulai dari pedagang keliling dan terus berkembang menjadi industry yang besar. Penjualan ini dilakukan oleh para wira-niaga langsung kepada pemakai akhir.
Penjual satu-satu (One to One Selling). Penjualan dilakukan oleh wira-niaga dengan cara mengunjungi tempat tinggal konsumen satu per satu serta berusaha mendapatkan pesanan pembelian.
Penjual satu ke banyak (One to Party Selling). Seorang wira-niaga akan datang ke rumah seorang konsumen dan mengundang teman atau tetangganya untuk melihat demonstrasi produk.
Pemasaran Jaringan (Network Marketing-MLM). Perusahaan memilih para usahawan untuk berperan sebagai distributor. Distributor lalu akan memilih beberapa anggota baru sebagai agen. Para agen kemudian akan memilih beberapa orang lain lagi untuk menjual produk perusahaan kepada para pembeli yang potensial.
Pemasaran Langsung (Direct Marketing). Pemasaran langsung dimulai dari katalog dan surat pos, bahkan sekarang telah berkembang berbagai cara baru yang modern, seperti pemasaran melalui telepon (Telemarketing), pemasaran melalui TV (Home Shopping), maupun informasi berbelanja melalui elektronik (infomercial).
Mesin Penjual Otomatis (Automatic Vending). Mesin penjual otomatis ini memiliki beberapa keunggulan, seperti penjualan 24 jam sehari, serta mudah ditemukan di banyak tempat yang strategis.
Jasa Pembelian (Buying Service). Suatu pengecer tanpa toko yang melayani konsumen khusus, seperti sekolahan, rumah sakit, ataupun lembaga pemerintahan. Anggota organisasi tersebut dapat menjadi anggota jasa pembelian dan mereka boleh membeli berbagai produk dengan harga diskon.
C . Pasar eksportir
Proses ekspor bukan hal yang baru di dalam dunia bisnis. Ada banyak perusahaan yang sudah melakukan ekspor produk ke luar negeri. Proses ekspor ini telah dilakukan sejak lama, tidak hanya oleh perusahaan kecil, tetapi juga perusahaan besar. Barang-barang atau komoditas yang diekspor bisa jadi produk jadi atau pula bahan mentah untuk diolah. Semua barang atau komoditas yang diekspor wajib melewati jalur yang legal dan telah diatur prosesnya oleh pemerintah. Setiap eksportir juga wajib menaati peraturan ekspor agar tidak melanggar kebijakan yang berlaku. Meskipun proses ekspor sudah memiliki regulasi dan peraturan yang jelas, tetapi tidak semua orang bisa melakukan ekspor dengan mudah. Dalam kegiatan ekspor, eksportir perlu menetapkan ke negara mana ekspor akan dilakukan, bagaimana proses pemasaran, dan berapa harga penjualannya.
Peluang usaha ekspor
Jasa Pengiriman Internasional
Membuka jasa pengiriman internasional juga bisa dijadikan peluang bisnis dengan memanfaatkan aktivitas ekspor. Setiap proses ekspor maupun impor pasti memerlukan jasa pengiriman. Adanya jasa pengiriman akan sangat diuntungkan dengan banyaknya proses ekspor yang dilakukan.
Persewaan Kontainer
Ekspor tidak selalu dilakukan lewat udara. Ada juga yang dilakukan lewat laut dan darat. Tergantung bagaimana demografi suatu negara. Penyewaan kontainer bisa dijalankan jika ekspor lewat darat dan laut cukup tinggi. Dengan mengambil peluang bisnis persewaan kontainer, Anda akan mendapatkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan yang memerlukan ekspor lewat jalur darat dan laut, tetapi tidak memiliki kontainer sendiri.
Jasa asuransi barang ekspor
Jaminan keselamatan suatu barang selama masa ekspor bisa menjadi salah satu peluang bisnis yang menguntungkan. Selama ekspor, barang berada dalam proses pengiriman dengan waktu yang lama, sehingga rawan terjadi kerusakan dan hilang. Memiliki jasa asuransi barang ekspor bisa membantu pelanggan yakin dengan proses ekspor.
Anda hanya perlu mencari pelanggan yang sering melakukan ekspor barang rentan rusak dan hilang selama pengiriman. Biasanya, target pasar peluang bisnis ini akan lebih tepat sasaran pada individu yang perlu mengirim satu atau dua barang ke luar negeri. Ekspor banyak memberikan peluang bisnis bagi masyarakat. Jika Anda cermat, maka Anda bisa mengambil peluang yang tepat. Namun tak hanya selesai sampai di sana, Anda juga perlu mengelola keuangan bisnis Anda agar berjalan dengan lancar.
Pengertian atau definisi ekspor secara langsung ialah cara untuk menjual suatu barang atau produk dan jasa dengan melalui jalur perantara atau melalui eksportir yang berada dalam negara lain atau sebuah tempat tujuan ekspor. Untuk penjualan ekspor ini dilakukan melalui jalur distributor serta oleh perwakilan penjualan suatu perusahaan. Memiliki keuntungan yaitu produksi berpusat di suatu negara asal dan memiliki kontrol yang baik terhadap sebuah distribusi yang lebih baik dan terpercaya. Akan tetapi memiliki sebuah kelemahan yaitu biaya atau beban transportasi yang jauh lebih tinggi dan besar untuk produk atau barang dan jasa dalam taraf skala yang besar serta adanya hambatan terhadap perdagangan selain itu juga terdapat proteksionisme dari sebuah negara tujuan ekspor. Pengertian ekspor tidak langsung ialah sebuah cara atau langkah yang dilakukan oleh penjual dalam menjual produk atau barang dengan teknik barang atau produk dijual melalui jalur perantara atau seorang eksportir dari negara asal lalu dijual kembali oleh seorang perantara tersebut dan melalui sebuah perusahaan manajemen ekspor dan sebuah perusahaan pengekspor produk. Cara ini memiliki kelebihan yaitu sumber daya produksi atau barang terfokus serta tidak perlu menangani sebuah ekspor secara langsung akan tetapi memiliki sebuah kelemahan kontrol atau pengaturan terhadap jalannya distribusi barang atau produk terbilang kurang serta pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan terhadap system operasi di negara tujuan ekspor sangat kurang.
Pada umumnya sebuah industri yang bergerak dalam bidang jasa menggunakan metode atau jenis ekspor secara langsung sedangkan untuk industri yang bergerak dalam bidang manufaktur lebih sering menggunakan keduanya cara tersebut baik secara tidak langsung maupun secara langsung. Dalam sebuah perencanaan ekspor hal yang perlu dilakukan ialah persiapan, berikut ini adalah beberapa tahap atau langkah persiapannya pertama mengidentifikasi pasar yang memiliki potensi tinggi, menyesuaikan antara sebuah kebutuhan pasar dengan kemampuan diri dan dengan SWOT analisis yang baik kemudian bertemu dengan eksportir atau agen, perantara serta lain-lain. Lalu mengalokasi sebuah sumber daya, itulah pengertian ekspor dan beberapa penjelasan tentangnya.
4. Pasar lokal, Pasar Nasional, dan Pasar Inter
Pemasaran adalah manajemen dan penggunaan sumber daya perusahaan yang efektif dan efektif untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran konsumen. Ini termasuk menjual produk perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Ini termasuk perencanaan, penerapan konsep dan ide, menetapkan harga, mendistribusikan produk untuk memenuhi tujuan perusahaan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemasaran dapat dilakukan baik secara lokal atau internasional atau lintas batas nasional atau di pasar internasional. Ada beberapa fitur pemasaran internal dan pemasaran internasional.
Pemasaran Internal
Pemasaran internal adalah penjualan produk perusahaan ke pasar keuangan lokal. Ini hanya membahas sejumlah masalah yang membuatnya lebih mudah untuk berurusan dengan masalah persaingan dan ekonomi. Tidak ada hambatan bahasa dalam pemasaran internal, dan mudah dan cepat untuk mendapatkan dan menafsirkan informasi tentang tren pemasaran lokal dan persyaratan konsumen. Ini membantu perusahaan membuat keputusan dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif dan efektif. Ada lebih sedikit risiko dalam pemasaran internal dan membutuhkan lebih sedikit sumber daya keuangan. Pasar lokal tidak seluas pasar internasional, dan banyak perusahaan berusaha beroperasi secara global.
Pemasaran Internasional
Pemasaran internasional adalah promosi dan penjualan produk mereka kepada konsumen di berbagai negara. Ini sangat kompleks dan membutuhkan banyak sumber daya keuangan. Setiap negara memiliki undang-undang bisnisnya sendiri dan perusahaan yang ingin melakukan bisnis di negara lain harus terlebih dahulu mengetahuinya. Selera dan preferensi pelanggan juga dapat bervariasi, dan strategi pemasaran harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berbeda. Pemasaran internasional membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya, tetapi jangan terlalu khawatir. Pasar internasional tidak pasti, dan perusahaan harus selalu siap untuk perubahan mendadak. Ini membutuhkan komitmen tingkat tinggi untuk sukses di pasar internasional.
Ringkasan
1. Pemasaran internal adalah produksi, promosi, distribusi, dan penjualan barang dan jasa di pasar lokal, dan pasar internasional adalah produksi, promosi, distribusi, dan penjualan barang dan jasa di pasar dunia. 2. Pemasaran internal kurang menuntut dan lebih mudah dilakukan, dan pemasaran internasional lebih berisiko dan lebih kompleks. 3. Pemasaran internal membutuhkan lebih sedikit sumber daya keuangan, dan pemasaran internasional membutuhkan lebih banyak sumber daya keuangan. 4. Penawaran pemasaran internal dengan hanya satu pasar, dan pemasaran internasional mencakup beberapa negara dan pasar yang berbeda. 5. Walaupun keduanya berlaku untuk semua prinsip dasar pemasaran, pemasaran internasional menjadi lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak komitmen dari perusahaan karena ketidakpastian dan perbedaan hukum dan peraturan global, sedangkan pemasaran domestik hanya berurusan dengan hukum dan peraturan satu negara. . 6. Penawaran pemasaran internal dengan hanya satu set konsumen, sedangkan pemasaran internasional berhubungan dengan konsumen yang berbeda dengan selera yang berbeda. 7. Dalam pemasaran internal perusahaan mungkin memiliki kebijakan dan strategi yang sama, dan pemasaran internasional memerlukan strategi yang berbeda untuk mempromosikan produknya
Berikut ini terdapat beberapa jenis berdasarkan wilayah pemasaran, terdiri atas:
1. Pasar Daerah
Pasar daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan, bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.
2. Pasar Lokal
Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan, bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota
3. Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilka, bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.
4. Pasar Internasional
Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara, bisa juga dikatakan luas jangkuannya di seluruh dunia.
Daftar Pustaka
Berman dan Evan. 2007. Manajemen Ritel. Jakarta: Erlangga.
Gilbert, David. 2003. Retail marketing management (2nd ed). England: Prentice-Hall.
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : Prenhalindo.
Kotler dan Armstrong. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid-1, Edisi ke-9. Jakarta: Indeks.
Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudjana, Asep. 2005. Manajemen Ritel Modern. Yogyakarta: Graha ilmu.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran, Edisi 3. Yogyakarta: ANDI.
Weitz, Barton dan Levy, Michael. 2007. Retailing Management. Internasional Edition. New York: McGraw-Hill.
Widya, Utami Christina. 2008. Manajemen Barang Dagang dalam Bisnis Ritel. Malang: Bayu media Publishing.
Komentar
Posting Komentar